Jumat, 04 September 2009

“Telah sepi suasana alam, tak ada lagi yang menemani di kala ini, renunganku hanya pada alam, renunganku menyatu dengan sepi, desir angin dingin yang perlahan membelai dan menerpa ku, hingga terasa tercabik hati yang selama ini merasa fana,..Aku tak tahu aku dalam perasaan duka atau suka, terkadang kedua rasa itu membaur menjadi satu, yang mungkin tak akan terurai lagi menjadi lembaran-lembaran kepastian,..kisah hidup yang tak sempurna,..perjalanan cinta yang tak begitu mulus,..hingga cerita tentang kegagalan meraih asa bergelayut dan hinggap dalam sanubari yang terus-menerus hingap menggoda aku untuk terus terjaga walau suara alam telah memanggil aku untuk kembali ke peraduan”
Kugores dalam diaryku
24 Desember 2008

Untaian kalimat demi kalimat terus mengisi catatan harianku, kalimat penuh keluhan, kalimat penuh kepasrahan…terus-menerus ada dan tak pernah absen mengisi catatan itu.. Mungkin karena keresahan hati ini atau karena kegamblangan perasaan… berbagai himpitan terus datang…. Sebenarnya aku ingin sekali lepas dari semua itu, dari keresahan, dari kepasrahan, ku ingin bangkit, hingga ku berdiri tegak lagi menatap jalan yang walaupun berliku dihadapanku itu..
Terkadang sebuah keyakinan hadir menyelinap masuk kedalam benak, ia mencuri satu tempat di bilik hati. Disaat keyakinan itu dating, rasa percaya tumbuh besar. Tapi entah mengapa ia hanya sesaat ada lalu pergi lagi, terkadang dating, terkadang pergi.
Aku bisa saja menjadi jauh lebih yakin bahwa aku bisa memiliki satu tempat dihatimu, namun aku juga bisa saja jauh dari pasrah dari keadaan yang sebenarnya.
Jiwaku begitu kuatnya menginginkanmu, hatiku juga bicara seperti itu, sama persis tiada beda sedikitpun, tetapi tidak dengan pikiran dan benakku, walau ia juga menginginkanmu, ia menyangkalnya, karena tiada kepastian dari ucapan bibirmu. Kedua sisi ini yang terus membuatku gelisah, semakin gelisah, cemas, dihantui rasa takut akan terlepas darimu.
Aku memang pemimpi, mimpi ingin menggapai bintang bersamamu, aku juga sering berkhayal, berkhayal terbang menyapa rembulan deganmu, tapi apa itu salah? Sah-sah saja kan? Selama ini tiada ku ketahui hukumyang mengatur hal itu.
Aku ingin bercerita bebas, sebebas-bebasnya pada angina malam ini, angina yang menemani aku disaat semua terlelap di dalam peraduannya. Cerita tentang aku, tentang perasaanku kepadamu, tentang indahnya mimpi dan khayalku, tetapi ia kurang bersahabat denganku, kemanakah aku menumpahkan seluruh hasrat dan onak dihatiku yang terlalu banyak, sehingga menghimpit, sesak di dadaku. Angin saja tak mau mendengar, apalagi seekor nyamuk yang sedari tadi hanya mengajakku bersenda gurau.
Mungkin semua bosan, tat kala aku hanya menyerukan hal yang sama setiap saat, tapi apa daya, hal yang sama yang kurasakan, tak terelakan.
Ruang dan waktu salig berlomba untuk ku hiasi dengan senyumku, , mereka tak bersorak ketika ku sama sekali tak tersenyum, mereka tak mengajukan protes, saat kuwarnai dengan tetesan bening air mata, karena mereka hanya menanti untuk diisi, walau harapan mereka aku isi dengan seutas senyum, dan sekuntum kebahagiaan setiap harinya. Aku ingin seperti ruang dan waktu yang selalu sabar menanti, walau aku menantimu tidak dengan suatu kepastian, walau semua masih samar-samar dalam bayangan. Walau dirimu pernah berkata saying padaku, walaupun dengan berujung kata “tapi…”
Ambang batas ketidakpastian ini sulit untuk dilangkahi agar menjadi lebih pasti Selama ini orangg-orang bilang padaku “selain berusaha kaupun harus berdoa”, Oh ya? Ku piker itu jalan terbaik dan pasti satu-satunya cara yang bisa menolong aku dalam ketidakpastian ini, aku mencobanya… Doa ku panjatkan, aku memohon dalam setiap doaku, aku meminta keinginanku terkabulkan, agar bisa sedikit merubah hidupku…belum terjawab ! Hingga saat ini, detik ini. Aku tak pernah meragukan TUHAN !! tak pernah, karena aku yakin Dia Maha Kuasa, pemberi harap bagi yang memohon kepadanya, pemberi apa yang dibutuhkan umatnya, tetapi mengapa sempat terbersit dalam pikiranku, keraguan akan DIA ? oh TUHAN, berdosakah hamba meragukan-Mu ?, ampuni aku. Alasan stu-satunya dan terkuat dalam pembelaanku adalah mengapa belum jelas ketidakpastian ini, walau aku telah meminta dan memohon. Tapia pa berlaku pembelaanku di hadapan pengadilan TUHAN ? Ahhh…Cukup ! aku tak boleh seperti ini, cukup sudah satu keraguanku akan jawabanmu, kenapa aku menambah dengan keraguanku akan TUHAN ?.
Kompleks sudah semua ini, rasa ini, bercampur menjadi satu, tak dapat lagi dipisahkan, tetap aku belum dapat jawaban, belum…
Inginku segera mendesakmu, inginku segera mengusikmu agar kau segera berikan kepastian itu, sebak dalam dada terasa dengan adanya ketidakpastian ini. Tapi tak bisa, aku terlalu lemah bila setiap kali aku menangkap semburat cahaya dari matamu, aku rapuh tak punya daya apapun untuk segera ungkapkan kepadamu bahwa aku cemas, resah menanti semua ini.
Aku kini telah hilang arah…dan harus kembali ke arah sesungguhnya…aku hanya jatuh dan selayaknya untuk bangun kembali…!!
Mungkin cintamu yang bisa buat semuanya berubah… mugkin cintamu yang mampu membangunkan aku… tapi? Apakah ia ada? Apakah ia sudi menghampiri aku? Mungkin! Bisa saja tidak! Karena semuanya belum mendpatkan kepastian.
Asa dan cita ku telah kugores dan terpatri dalam hati…hanya butuh daya untuk mewujudkannya…cahayamu!
“Rembulan dan bintang kau jangan tertawa ! aku yakin aku akan menggapaimu..mentari tersenyumlah, temani aku jalani hari”.
Mungkin semua ini terjadi karena ketidakpastian mu.



Dalam larut perasaan ku hanyut…
Entah apa yang membalut semua ini…
Sekejap ku di balur bahagia…
Semua hilang lenyap
Tanpa jejak yang terpatri di dasar hati
Semua larut membaur bercampur luluh lantaknya rasa yang hilang ini…
Pedih…
Teramat perih
Hingga aku hancur…
Terpuruk dan tak mampu keluar dari semua yang mendera hati ini…

0 Coments:

LINK EXCHANGE

Create your own banner at mybannermaker.com!
Silahkan copy script ini!!

FOLLOWERS

 
NATALIUZONE © 2012 | Designed by Bubble Shooter, in collaboration with Reseller Hosting , Forum Jual Beli and Business Solutions